Sabtu, 22 November 2014

Jasa Seorang Guru ( Cerpen Sedih )

JASA TERINDAH
 Penulis Delfike Tammu

          Pagi ini tidak seperti biasanya,  hujan turun begitu deras padahal hampir 2 bulan terakhir hujan tidak pernah turun dan sekarang entah mengapa hujan turun begitu deras sehingga membuatku malas untuk beranjak dari tampat tidur.

          Dengan sikap bermalas-malasan Aku beranjak dari tempat tidurku lalu merapihkan tempat tidur, dengan bermalas-malas pula Aku berjalan menuju kamar mandi, sesekali Aku mencelupkan jariku kedalam air berharap airnya tidak sedingin cuaca pagi ini, dan ternyata airnya terasa lebih dingin dari hawa dingin pagi ini tetapi semuanya harus kulalui karena Aku tidak ingin terlambat kesekolah.

                Setelah selesai berpakaian,  Aku berjalan kesudut ruangan lalu meraih sebuah payung untuk kupakai kesekolah karena hujan rintik-rintik yang tak kunjung redah,  setelah sampai di sekolah Aku langsung menyapa teman-temanku dengan ucapan selamat pagi sambil tersenyum. Hatiku gembira karena bisa berkumpul kembali bersama semua teman kelasku , namun sapaan dan senyum kegembiraanku malah di sambut dengan kebisuan dan wajah-wajah yang kaku seakan tidak merasakan kagembiraan seperti yang kurasakan.

                Dengan tersentak dan kaget tiba-tiba Femy menarik tangan kananku lalu membawaku pergi dari hadapan teman-teman yang lain, kemudian Dia menceritakan semua yang terjadi , Dia menceritakan penyebab kebisuan dan wajah kaku pada saat Aku menyapa mereka. Dengan rasa sedih dan seakan ingin menangis Femy mengatakan bahwa kemarin malam Pak Daniel Pasedan yang Ialah guru kami meninggal dunia karena kecapean saat mengangkat air dari sumur beliau ingin mengisi bak penampungan air sampai penuh. karena akibat musim kemarau 2 bulan terakhir mereka  sulit mendapatkan air bersih sehingga Ia memaksakan dirinya untuk mengangkat air dari sumur yang jauhnya kira-kira setengah KM dari rumahnya.

                Mataku hanya menatap Femy yang sedang bercerita, Aku hanya terdiam dan membisu mendengar setiap kata-kata yang terucap dari mulutnya. Tanpa kusadari air mataku terus bercucuran secara lepas, dan Femypun berhenti bercerita karena desak tangisnya yang tak dapat di bendung lagi, Dengan diiringi gerimis yang seakan mengerti dengan perasaan hati.

                Hari ini beliau akan dimakamkan :’( , Aku dan teman-temanku kelas XII RPL akan mengikuti ibadah pemakaman, kami berangkat kerumah Pak Dani karena kami juga ingin melihat beliau untuk yang terakhir kalinya dengan keadaan seperti ini, yang terlintas di pikiranku saat ini ialah bagaimana dengan perasaan istri dan anaknya  pasti mereka merasa sangat kehilangan ,…

 

                Setelah sampai kami langsung menuju tempat Pak Dani di baringkan , dengan perasaan sedih kami memandang Beliau dengan rasa haru dan sedih , Aku tidak pernah berhenti membayangkan sosok Pak Dani saat berada  di dalam kelas, Air mataku terus bercucuran saat aku memandang wajah Pak Dani , saat Aku memandang mataNya yang takkan pernah terbuka lagi untuk selama-lamamnya, Nasihat dan setiap ajaranya takkan pernah lagi kudengar, sehingga suara tangisku memecahkan kesunyian pada saat itu. Dengan tersedu-sedu Aku menghampiri Pak Dani yang sedang terbaring kaku .

                Aku berjanji padanya seakan-akan Ia dapat mendengar  dan menjawabku, Aku berharap Ia dapat mengatakan “Ya , LAKUKANLAH SESUAI JANJIMU NAK” .

Air mataku terus bercucuran saat Aku tak mendengar jawaban dari pertanyaanku ,…

Tersimpan duka yang mendalam namun harus dilalui oleh setiap orang yang pernah tinggal dibumi…

“JASAMU TAKKAN PERNAH KULUPAKAN , NASIHATMU KAN SELALU KU INGAT  SEMUANYA AKAN KULAKUKAN SEMAMPU DAN SEBIASAKU , KARENA ITULAH KEINGINANMU”


SEKIAN :) :)